Indonesia,
Mendengar kata itu,sontak terngiang langsung dikepala
dengan kesemrawutan,kekacauan,korupsi,keterpurukan dan segala macam
permasalahan yang menggunung.Benar dimata dunia kita dianggap dengan Negara yang
ramah senyum,damai dan bersahabat.Tapi lebih banyak masalah yang Nampak,sehingga
kesan baik itupun tenggelam.Keterpurukan masyarakat Indonesia sangat
terpengaruh dengan pola hidup individu-individu dalam lingkup keluarga.Dimana
mereka bersosialisasi dari awal sampai menjadi manusia dewasa semua dilakukan
dalam keluarga.Lingkungan keluarga adalah elemen paling penting dalam membentuk
karakter seseorang.Tak terkecuali tempat yang mereka tinggali.Dibutuhkan seebuah
tempat tinggal yang prima.Dengan ini,maka kualitas keluarga di Indonesia akan
jadi berkualitas dengan diawali damainya hunian.Tapi apa yang terjadi,kususnya
di kota kota besar Indonesia,hal ini selalu dianggap remeh.Dianggap hal yang
kesekian,penataan yang memprihatinkan serta kesadaran manusia yang rendah akan
nilai hunian yang berkualitas.Jelas tak mungkin dengan keadaan seperti ini kita
akan bias maju.Dari dasarnya saja sudah bisa dikatakan gagal,apalagi nanti
kedepan?
Indonesia,
Pemerintah harusnya sadar akan hal ini.Perancangan dan konsep bangunan
di kota besar harus bisa menjawab masalah kepadatan yang makin tak terkontrol,baik
jangka pendek maupun jangka panjang.Dibutuhkan orang orang yang berkompeten di
dalamnya untuk mengatur ini.Melihat konsep di luar negri dengan penduduk yang
banyak,yaitu Cina,dimana disana banyak terdapat hunian hunian unik,efektif
serta bisa menjawab kebutuhan lahan yang makin kecil dengan pertumbuhan
penduduk yang makin gila jumlahnya.Bangunan di Cina sendiri sangat efektif
dengan memanfaatkan sebaik mungkin space lahan yang ada dengan kebutuhan dan
jumlah anggota keluarga.Beda dengan di negri kita,masih saja masyarakat
berpikir bahwa tanah besar adalah segala galanya,dan setelah tanah yang luas
makin berkurang,hilanglah kreatifitas manusia untuk bertindak selanjutnya.Bahkan yang lebih liar lagi dimana masih banyak orang yang membangun hunian di bantaran sungai,dimana seharusnya area itu adalah bersih,harus tanpa bangunan.Karena jelas dengan kontur tanah yang labil akan rawan menimbulkan bencana,baik banjir maupun sampah yang bisa merusak ekosistem sungai tersebut.Ada pula yang seenaknya membangun rumah,toko di badan jalan atau trotoar,mungkin hal inilah yang benar benar membuat sebuah kota terlihat kumuh dan tak tertata.Budaya
inilah yang sebenarnya harus ditinggalkan.Dimulai dengan menggunakan konsep yang cerdas,efektif.Bukannya memaksa dengan membangun
sebuah tata letak hunian yang sepenuhnya memeluk tanah.Ujung ujungnya bila hal
ini dilakukan,maka permasalahan space ruang yang seharusnya clear dengan
tanaman hijau juga diembat jadi hunian.Ngeri bukan kalo semua berubah menjadi
beton dan tak ada resapan? Akan banyak bencana yang timbul karenanya,system pembuangan
yang manjadi kacau dan tidak berfungsi serta panas yang timbul akan membahana
membuat ketidak nyamanan sirkulasi.Ini sungguh menyiksa bagi siapapun yang
tinggal di lingkungan seperti ini.Berkurangnya produktifitas,keborosan energy bahkan
keretakan rumah tangga bisa terjadi gara gara kurang terkonsepnya hunian.Karena
hal ini semua sangat berkait dengan psikologis dan tekanan manusia yang ada
didalamnya.Kelabilan emosional makin tak terkontrol bila lingkungan kacau.Ini
merupakan sebuah fenomena yang benar benar terjadi di Negri kita.Rasa social yang
kurang,individual yang tinggi sudah menjadi hal yang biasa,utamanya di kota
besar.Kita pulang kerja dengan segala permasalahannya,berharap bisa merasakan
apa itu hidup dengan kualitas hunian yang prima makin tak pernah terlihat
lagi.Orang gila makin bertambah.Ini sungguh peristiwa yang seharusnya tidak
terjadi.Bila kita bisa berfantasi lebih untuk maju,maka harus menggebrak
kebiasaan lama yang sudah tak bisa mengikuti kemajuan jaman,yaitu dengan konsep
hunian keatas atau bertingkat.Minimnya lahan bisa sedikit terkurangi dengan perncanaan seperti
ini.Tapi juga harus menyisakan minimal 30% untuk area hijau untuk resapan.Selain
berguna untuk resapan juga bisa mendamaikan psikologis seseorang yang
menempatinya dan mengurangi panasnya cahaya matahari.Ruang hijau ini bisa lebih maksimal dengan desain bangunan yang terbuka,sehingga view ke luar bisa lebih dimaksimalkan dan menambah kesan luas pada ruang interior yang sempit.Selain itu sirkulasi udara dan sinar matahari lebih bisa menyapa penghuni rumah.Hal ini secara tidak langsung bisa menghemat energi.Pemilihan material yang
pas dan ramah lingkungan untuk pembangunan juga wajib
digunakan disini,mengingat kepadatan jumlah penduduk yang sangat besar,rawan terjadinya musibah
karena faktor manusia,misalnya kebakaran.Maka material yang mengurangi
perambatan api dengan cepat sudah selayaknya digunakan,jangan sampai bangunan
yang sudah padat ini tidak diimbangi material yang tidak tahan api.Adanya build in furniture bisa jadi penyempurna sekaligus solusi di bangunan yang kecil,dengan multifungsinya produk tersebut,sehingga bisa melakukan banyak aktifitas dalam satu alat.Juga sangat diperlukan sebuah ruang hijau/Public space dimana didalamnya bisa untuk berbagai aktifitas manusia.Melampiaskan hasrat seni disana,bersosialisasi serta mendamaikan hati dengan menikmati sejuknya sebuah ruang di alam yang didesain dengan konsep hijau tersebut.
Indonesia,
Pada akirnya
kesadaran manusia juga sangat diperlukan dalam hal ini.Untuk ikut menjaga dan
memanusiakan hunian juga merawat segala fasilitas yang dikonsep dengan matang ini.Sudah saatnya kita berubah ke arah yang lebih baik,juga
para arsitek dan desainer harus lebih aktif dan peka pada perkembangan jaman
dengan segala permasalahannya lingkungan serta kepadatan penduduk yang tak bisa dihindari.Sehingga desain dan konsepnya bisa menjawab permasalahan yang ada.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti kompetisi Dulux
Young Talent 2013, kalian juga bisa mengikuti kompetisi ini untuk
mendapatkan hadiah paket seminar ke World Architecture Festival 2013 Singapore, untuk info lebih lanjut silahkan menuju
website :
http://duluxyoungtalent.com/ Dulux Young Talent 2013